Majelis Ulama Indonesia (MUI) meminta masyarakat untuk tak lagi menyebut Subur dengan panggilan Eyang. Itu karena sebutan Eyang bagi Subur dan pengikutnya punya makna magic tersendiri.
"Subur itu tidak mau disebut bapak atau ayah, karena sebutan eyang ada makna magic-nya. Makanya jangan lagi dipanggil dengan Eyang Subur," kata Ketua Komisi Fatwa MUI, KH Aminuddin Yakub, Selasa (23/4).
Aminuddin mengungkapkan saat melakukan investigasi ke rumah Eyang Subur dirinya tidak menemukan hal yang aneh. Begitu pun saat bertemu dengan kedelapan istri Eyang Subur, semuanya memberikan jawaban yang standar.
"Tidak ada temuan-temuan signifikan karena mungkin sudah tahu MUI akan ada datang. Saya ngobrol dengan istri-istri pak Subur, jawabannya standar-standar aja. Mereka bilang patuh sama suami sehingga mengizinkan poligami," jelasnya.
Subur sendiri mengaku memperbanyak istri karena ingin menolong atau mengangkat dari kemiskinan. "Tapi saya rasa jawabannya tidak bisa diterima. Kalau istri Septian Dwi Cahyo yang kemudian dijadikan istri kedelapan pak Subur saya rasa bukan masalah ekonomi," ungkap Aminuddin.
Aminuddin juga mengungkapkan, dalam proses investigasi tidak menjadikan Adi Bing Slamet Dkk sebagai primer. Itu karena MUI tahu bahwa Adi Dkk berhadap-hadapan dengan Subur.
" primer dari artis yang menjadi pengikut Subur. Lalu masyarakat di lingkungan pak Subur, mereka sudah tahu kalau setiap malam Rabu dan malam Jumat selalu ada ritual," ungkapnya.(jpnn)